benda. Pada rumah sakit lingkungan fisik mencakup lokasi, peralatan dan fasilitas, yang dianggap penting oleh pasien rumah sakit (Hutton dan Richardson, 1995). Lokasi merupakan kestrategisan letak rumah sakit baik dihubungkan dengan fasilitas umum maupun kemudahan untuk mencapainya. Hal ini sesuai dengan pendapat Hesket et.al
ArticlePDF AvailableAbstractPada setiap rumah sakit atau fasilitas medis terdapat perawat yang bertanggung jawab atas perawatan suatu pasien. Para perawat ini mengawasi keadaan pasien selama masa pemulihannya atas penyakit atau cidera yang dideritanya. Pasien dalam kondisi tertentu terkadang membutuhkan bantuan perawat, bahkan dalam situasi gawat darurat pasien membutuhkan pertolongan segera. Sistem pemanggil perawat ini dirancang agar pasien bisa melakukan panggilan ke perawat dengan hanya menekan suatu tombol. Ketika pasien menekan tombol akan muncul indikasi pada suatu layar LCD yang terdapat di ruang perawat untuk menunjukkan pasien dari ruangan mana yang membutuhkan bantuan. Pengujian prototype alat dilakukan dengan membuat simulasi panggilan dari tempat tidur pasien dengan menekan tombol CALL 1 dan dari toilet dengan menekan tombol WC 1. Sistem merespon dengan segera menampilkan pemanggil secara real time di LCD dengan tidak ada delay waktu. LCD menampilkan pemanggil secara bergantian dan yang ditampilkan terlebih dahulu adalah yang pertama melakukan panggilan metode FIFO. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. InComTech Jurnal Telekomunikasi dan Komputer Desember 2020, 121-128 P-ISSN 2085-4811 E-ISSN 2579-6089 ISSN 2085-4811, eISSN 2579-6089 Perancangan Internet of Things Nurse Call System pada Area Rawat Inap Rumah Sakit Berbasis Arduino menggunakan Metode FIFO Jonston Sirait1*, Ahmad Firdausi2 1PT. Multi Sinar Adamar Jakarta, Indonesia 2Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana Jl. Meruya Selatan, Jakarta 11650, Indonesia *Email Penulis Koresponden Abstrak Pada setiap rumah sakit atau fasilitas medis terdapat perawat yang bertanggung jawab atas perawatan suatu pasien. Para perawat ini mengawasi keadaan pasien selama masa pemulihannya atas penyakit atau cidera yang dideritanya. Pasien dalam kondisi tertentu terkadang membutuhkan bantuan perawat, bahkan dalam situasi gawat darurat pasien membutuhkan pertolongan segera. Sistem pemanggil perawat ini dirancang agar pasien bisa melakukan panggilan ke perawat dengan hanya menekan suatu tombol. Ketika pasien menekan tombol akan muncul indikasi pada suatu layar LCD yang terdapat di ruang perawat untuk menunjukkan pasien dari ruangan mana yang membutuhkan bantuan. Pengujian prototype alat dilakukan dengan membuat simulasi panggilan dari tempat tidur pasien dengan menekan tombol CALL 1 dan dari toilet dengan menekan tombol WC 1. Sistem merespon dengan segera menampilkan pemanggil secara real time di LCD dengan tidak ada delay waktu. LCD menampilkan pemanggil secara bergantian dan yang ditampilkan terlebih dahulu adalah yang pertama melakukan panggilan metode FIFO. This is an open access article under the CC BY-NC license Katakunci FIFO; Nurse Call; Real Time; Riwayat Artikel Diserahkan 3 Mei 2020 Direvisi 16 Juni 2020 Diterima 19 Juni 2020 Dipublikasi 8 Desember 2020 DOI 1. PENDAHULUAN Perkembangan kemajuan teknologi saat ini sangat bermanfaat untuk membantu manusia melakukan aktifitasnya sehari-hari. Selain membantu manusia, teknologi juga sudah seperti kebutuhan pokok yang diperlukan manusia untuk memudahkan pekerjaannya. Salah satu teknologi yang sudah sangat umum digunakan pada rumah sakit adalah sistem pemanggil perawat atau yang lebih popular disebut InComTech Jurnal Telekomunikasi dan Komputer, Desember 2020, 121-128 ISSN 2085-4811, eISSN 2579-6089 dengan nurse call. Sistem ini adalah sebagai alat yang digunakan pasien untuk memanggil pasien jika pasien membutuhkan pertolongan [1, 2, 3]. Peran teknologi membawa dampak positif bagi perusahaan atau institusi. Teknologi akan membuat perusahaan semakin cepat dan mudah melakukan seluruh kegiatan yang ada dalam perusahaan tersebut. Penerapan teknologi juga akan membuat efisiensi waktu dan biaya dalam perusahaannya. Pada era globalisasi banyak dituntut melaksanakan perubahan dalam meningkatkan daya saing dengan menggunakan teknologi [4]. Salah satu contoh adalah penggunaan teknologi yang digunakan pada pelayanan kesehatan yang akan meningkatkan pelayanan pada rumah sakit dimana pelayanan rumah sakit harus lebih cepat, bersahabat dan akurat [5]. Pada era sekarang yang sudah serba internet, maka desain sistem nurse call yang dibuat juga mengikuti perkembangan ini. Perawat dimungkinkan untuk memeriksa catatan panggilan yang dilakukan pasien melalui smartphone masing-masing. Perawat dapat mengaksesnya melalui web browser dari smartphone atau komputer lainnya [6, 7, 8]. Komputer server sistem ini dihubungkan ke jaringan internet melalui jaringan LAN atau wifi. Sistem akan menunjukkan data panggilan oleh pasien secara real time. Perawat juga bisa melihat data panggilan sebelumnya untuk keperluan evaluasi pelayanan [9]. Catatan panggilan ini dapat dipergunakan oleh perawat sebagai arsip jika kemudian hari ada pasien yang menuntut pelayanan perawat yang lambat. Catatan panggilan ini bisa dipergunakan sebagai bukti bahwa perawat sudah menangani pasien begitu pasien menekan tombol bantuan [10]. Pada suatu rumah sakit ruang terdapat banyak ruangan perawatan yang terdiri dari beberapa kelas. Biasanya kelas ruangan perawatan adalah kelas tiga yang berisi enam tempat tidur pasien, kelas dua yang berisi empat tempat tidur pasien, kelas satu yang berisi dua tempat tidur pasien, kelas VIP yang berisi satu tempat tidur pasien dan kelas VVIP yang juga berisi satu tempat tidur pasien tetapi dengan ukuran lebih luas dari VIP [11]. Dalam menjalankan tugasnya, suatu kelompok perawat bertugas untuk merawat beberapa ruangan sekaligus dimana ruangan pasien terkadang berada cukup jauh dari ruangan tempat perawat berjaga. Perawat biasanya melakukan tugasnya mengontrol perkembangan kondisi pasiennya secara berkala [12]. Tujuan pembuatan sistem nurse call ini adalah sebuah solusi yang memudahkan pasien atau keluarga pasien yang sedang menemani pasien untuk memanggil perawat jika membutuhkan bantuan perawat. Seperti pasien mengalami kegawat daruratan, terjatuh dari tempat tidur, terjatuh di kamar mandi, aliran cairan infus tidak berjalan normal dan berbagai kasus lainnya yang membutuhkan bantuan perawat [13]. Sistem didesain dengan menggunakan metode First In First Out FIFO, arduino sebagai mikrokontroler pengontrol sistem, LCD grafik 128 X 64, buzzer, LED dan push button call, emergency call, wc call & reset [14][15]. 2. METODE Dalam pengumpulan data dan informasi tulisan ini, metode yang digunakan adalah perancangan alat. Metode yang dipergunakan pada sistem nurse call ini adalah metode First In First Out FIFO atau First Come First Served FCFS, yaitu pelayanan dimana yang lebih dahulu masuk maka lebih dahulu keluar atau yang lebih dahulu datang maka lebih dahulu dilayani. Alat yang telah dirancang dianalisa Jonston Sirait et al., Simulasi Filter Lolos Bawah dengan Teknologi……… ISSN 2085-4811, eISSN 2579-6089 berdasarkan serangkaian percobaan pada alat, sehingga didapat data yang ingin dicapai dan dapat mengetahui karakteristik dari alat tersebut. Blok Diagram dan Flowchart Sistem nurse call ini menggunakan Arduino Mega 2560 sebagai kontrolernya. Pada area tempat perawat berjaga disediakan LCD untuk menampilkan lokasi pasien yang memanggil dan buzzer untuk memberitahu perawat ketika ada pasien yang membutuhkan bantuan. Untuk memudahkan perawat menemukan lokasi dan status pasien maka disediakan empat lampu LED sebagai indikatornya. Tabel 1 memperlihatkan fungsi indikator ruangan. Tabel 1. Tabel indikator LED Panggilan dari bed pasien Perawat sudah menangani pasien Perawat membutuhkan bantuan Gambar 1. Blok Diagram Alat Pada Gambar 1 diperlihatkan blok diagram. Fungsi masing-masingnya adalah sebagai berikut PB Call adalah tombol panggil dari tempat tidur pasien, PB WC adalah tombol panggil dari WC/Closet, PB SP adalah tombol kehadiran perawat Staff Presence, PB SA adalah tombol untuk memanggil perawat lainnya Staff Assist, dan PB Reset adalah tombol untuk reset jika penanganan pasien telah selesai dilakukan. Adapun cara kerja sistem ini diperlihatkan pada Gambar 2 dalam bentuk flowchart. Perancangan Perangkat Lunak Sistem nurse call ini membutuhkan software Arduino & XAMPP. Software yang digunakan adalah bersifat open source. Pada software XAMPP ini sudah berisi Apache dan MySQL modul. Fungsi dari Apache adalah sebagai webserver dan MySQL sebagai database sistem nurse call ini. Software XAMPP diperlihatkan pada Gambar 3. Dalam proses instalasi software XAMPP hanya dibutuhkan aplikasi Apache & MySQL. Aplikasi lainnya tidak dibutuhkan untuk menjalankan prototype sistem nurse call ini. Untuk menghubungkan komputer server ke Ethernet shield, IP addres pada protocol internet TCP IPv4 komputer server perlu diatur. Dalam prototype ini InComTech Jurnal Telekomunikasi dan Komputer, Desember 2020, 121-128 ISSN 2085-4811, eISSN 2579-6089 IP Addres yang dipergunakan adalah IP Addres ini juga harus ditulis dalam program arduino. Setelah software XAMPP dibuka, Apache & MySQL harus di-start agar komputer server bisa menyimpan data penggunaan sistem. Proses pembuatan program untuk prototype sistem nurse call ini terdiri dari dua tahap yaitu pemrograman untuk rangkaian yang dikontrol oleh Arduino Mega 2560 dan penulisan program agar catatan penggunaan alat bisa dilihat di komputer server. StartPatient CallLed Red OnBuzzer OnLed Green onStart AssistResetNurse Come To Patient RoomNeed AssistStaff PresenceLed Yellow OnPatient Handled By NurseWork Has Been CompletedEndNoYesCall From Room 1“Patient Handled”“Need Assistence RIGambar 2. Flowchart Kerja Sitem Jonston Sirait et al., Simulasi Filter Lolos Bawah dengan Teknologi……… ISSN 2085-4811, eISSN 2579-6089 Gambar 3. Software XAMPP Pembuatan program Arduino pada prototipe sistem nurse call ini agar rangkaian elektronika dapat membaca input dari push button, memproses input tersebut dan kemudian menampilkan outputnya pada LCD dan buzzer. Arduino bertugas sebagai otak yang mengendalikan input, proses dan output pada rangkaian elektronika alat ini. Sistem nurse call ini juga dilengkapi dengan catatan penggunaan alat dalam bentuk tabel sederhana. Tabel ini mencatat waktu panggilan oleh pasien, waktu kedatangan staff, waktu ketika staff membutuhkan bantuan, waktu panggilan dari WC dan waktu ketika pasien telah selesai ditangani. Tabel 2 memperlihatkan contoh hasil catatan tersebut. Tabel 2. Log Sistem 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 4 memperlihatkan hasil akhir dari perancangan dan perakitan. Pada gambar tersebut tampak LCD dan indikator LED pada rangkaian telah menyala. Hal ini menandakan rangkaian telah aktif dan telah dialiri oleh arus dan tegangan listrik DC. InComTech Jurnal Telekomunikasi dan Komputer, Desember 2020, 121-128 ISSN 2085-4811, eISSN 2579-6089 Gambar 4. Prototype Nurse Call System Catatan penggunaan sistem nurse call ini juga dapat diakses di smartphone dengan cara menghubungkan komputer server ke wifi. Untuk bisa mengakses catatan penggunaan sistem ini terlebih dahulu harus diketahui IP Wireless LAN komputer servernya. Gambar 5. IP Address Komputer Server Browser apapun yang tersedia di smartphone bisa digunakan untuk mengakses catatan penggunaan sistem nurse call ini dengan cara mengetik sebagai contoh alamat pc servernya Untuk menguji sistem ini maka diskenariokan terjadi beberapa situasi, seperti terlihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. Tabel 3. Tabel Situasi Pertama Pada Tabel 3 ditunjukkan reaksi dari sistem ini, lampu indikator dan buzzer terdiri dari tiga level yaitu slow, medium dan fast. Indikator ini digunakan untuk mengetahui seberapa penting pasien memerlukan bantuan. Warna Interval Kedip On/Off Interval1 CALL 1 1 Merah Slow Call From Room 1 On Slow Room 1 √x x x2 CALL 1 2 Merah Medium Call From Room 1 On Medium Room 1 √x x x3 CALL 1 3 Merah Fast Call From Room 1 On Fast Room 1 √x x x4 SP 1 1 Hijau xPatient Handled R1 On Fast Room 1 √ √ x x5 SA 1 1 Kuning xNeed Asistance R1 On Fast Room 1 √ √ √ x6 Reset 1 Off x"Nurse Call System" Off xRoom 1 √ √ √ √ Jonston Sirait et al., Simulasi Filter Lolos Bawah dengan Teknologi……… ISSN 2085-4811, eISSN 2579-6089 Tabel 4. Tabel Situasi Kedua Pada Tabel 3 dan Tabel 4, dapat diketahui bahwa panggilan ini berasal dari satu ruangan tetapi berbeda lokasi. Perbedaan lokasi tersebut adalah Tabel 3 dari pasien yang sedang berada di tempat tidur dan Tabel 4 dari toilet pasien. Ketika tombol “Call 1” dan “Call 2” ditekan pada saat bersamaan maka tampilan informasi yang ditunjukkan LCD akan bergantian antara tampilan informasi dari “ROOM 1” dan “ROOM 2”. Dari kedua situasi percobaan diatas komputer control akan mencatat waktu panggilan dilakukan, waktu perawat datang, waktu perawat membutuhkan bantuan perawat lainnya dan waktu pasien telah selesai ditangani perawat. Log panggilan yang tercatat pada computer control diperlihatkan pada Gambar 6. Gambar 6. Gambar Tampilan Log Panggilan Situasi 1 dan Situasi 2 Semua log panggilan dicatat oleh komputer. Panggilan paling terakhir ditunjukkan pada bagian atas. Log panggilan ini disimpan terus-menerus sampai kapasitas penyimpanan penuh. 4. KESIMPULAN Berdasarkan pengujian maka dapat disimpulkan sebagai berikut. Sistem nurse call ini dapat dipergunakan untuk memberitahu perawat bahwa ada pasien yang membutuhkan pertolongan. Log panggilan dari pasien ditunjukkan secara real time ketika tombol ditekan. Sistem memiliki lampu LED berwarna merah, kuning, hijau, biru dan buzzer sebagai indicator, untuk memudahkan perawat menemukan lokasi pasien. Buzzer dan LED memiliki tiga interval yaitu low, medium, dan high untuk mengetahui urgensi panggilan pasien. Terdapat tombol pemanggil bantuan jika InComTech Jurnal Telekomunikasi dan Komputer, Desember 2020, 121-128 ISSN 2085-4811, eISSN 2579-6089 perawat membutuhkan bantuan perawat lainnya. Perawat tidak dapat membatalkan panggilan pasien sebelum mendatangi pasien. Catatan panggilan perawat tersimpan di komputer server dan dapat dipergunakan untuk evaluasi kecepatan penanganan panggilan pasien oleh perawat dikemudian hari. Catatan panggilan pasien juga dapat diakses melalui smartphone perawat atau komputer lainnya dengan menggunakan jaringan internet. REFERENSI [1] C. Vikasari, P. Purwiyanto & G. M. Aji, “Teknologi Aplikasi Nurse Call berbasis Client Server Pada Rumah Sakit”, Journal of Applied Informatics and Computing JAIC, vol. 2, no. 2, pp. 01-08, Desember 2018, DOI [2] J. Dugstad, V. Sundling, E. R. Nilsen, “Nursing staff’s evaluation of facilitators and barriers during implementation of wireless nurse call systems in residential care facilities. A cross-sectional study,” BMC Health Serv Res, vol. 20, no. 163, 2020, DOI [3] H. Noguchi et al., "Bayesian statistic model for nurse call data considering time-series, individual patient variabilities and massive zero-count call data," 2020 42nd Annual International Conference of the IEEE Engineering in Medicine & Biology Society EMBC, Montreal, QC, Canada, 2020, pp. 5598-5601, doi [4] I. Herdyanti, “Perkembangan Teknologi Bagi Perusahaan,” 2013. [Online]. Available [Accessed 20-Nov-2018]. [5] I. Setyaningsih, “Analisis kualitas pelayanan rumah sakit terhadap pasien menggunakanan pendekatan lean servperf performance Studi Kasus Rumah Sakit X,” Spektrum Industri, vol. 11, no. 2, pp. 117–242, 2013, DOI [6] M. A. Majumder, “Low Cost Wireless Nurse Call System with Webserver & Pager”, Global Journal of Computer Science and Technology, vol. 16, no. 1-E, pp. 1-6, March 2016. [7] W. Kartika, I. Sansoso dan K. Supriyadi, “Simple Wireless Nurse Call on Distance Measurment,” Journal of Robotics and Control JRC, vol. 2, no. 3, pp. 145-147, 2021. [8] A. Widodo, M. A. Imron and N. Nurhayati, "Performance Evaluation of ESP8266 for Wireless Nurse Call System," 2020 Third International Conference on Vocational Education and Electrical Engineering ICVEE, Surabaya, Indonesia, 2020, pp. 1-4, DOI [9] K. Joakim, “Support for nurses’ strategies to handle unwanted nursecalls”, Disertasi, Norwegian University of Science and Technology, Norwegia, 2016. [10] N. Khera, T. Sharad, R. P. Singh, G. Thatagata, & K. Pradeep, “Development of Android Based Smart Home and Nurse Calling System for Differently Abled”. 5th International Conference on Wireless Networks and Embedded System WECON, Rajpura, 2016, pp. 1-4, DOI [11] L. Sue, “The Button Initiating the Patient–Nurse Interaction,” Clinical Nursing Research, vol. 23, no. 2, pp. 188 –200, 2014, DOI [12] S. Aswin, N. Gopalakrishnan, S. Jeyender, R. G. Prasanna and S. P. Kumar, "Design development and implementation of wireless nurse call station," 2011 Annual IEEE India Conference, Hyderabad, 2011, pp. 1-6, DOI [13] L. Guarascio-Howard and K. Malloch, “Centralized and Decentralized Nurse Station Design An Examination of Caregiver Communication, Work Activities, and Technology”, HERD, vol. 1, no. 1, pp. 44-57, Fall 2007, DOI [14] S. Mehmet, S., Unluturk, “Manual Nurse Messaging with Patient Information Using A Mobile Whiteboard System”, Computer Method and Programs in Biomedicine, vol. 110, pp. 441-446, 2013. [15] O. Adigun, J. O. Onihunwa, D. A. Joshua, and O. O. Adesina, “Framework for Development of Mobile Telenursuring System for Developing Countries,” The 13th International Conference of Nigeria Computer Society, Lagos, Nigeria, July 2017, pp. 1-12. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this and increased performance of mobile computing systems has brought about development of myriad of mobile applications including mobile surveillance, mobile news, mobile games, mobile learning, mobile health etc. Mobile health has many sub-fields one of which is mobile nursing. In this paper, framework for provision of effective mobile nursing system was developed, the framework aid sustainable healthcare provision in developing countries by enabling telenurses to make clinical decisions based on expert advice and carry out some medication administration functions like medication usage monitoring etc. This is with the view to improve health care quality, thereby expanding access to affordable care at reduced health care cost of patients. Development of this framework involved the establishment of stakeholders required by the system these included the care centre, telenurse, telepatients and teleconsultants. The detailed attributes and functions of these stakeholders as well as relationship and interaction between the stakeholders were specified. The requirement statement gathered was transformed into use case diagram of the mobile nursing system wherein the design of the framework of the mobile nursing system was designed on. Furthermore, the flow chart of the mobile application which implements the framework designed was detailed. The mobile nursing system was shown to require low start-up cost as it only requires a central server and mobile phones running Android operating system already possessed by the telenurse, telepatients and teleconsultants. It is believed that the system is cost effective complements to traditional nursing that will reduce the problem of nurse understaffing and reduce rural marginalization in terms of nursing staffs by enabling nurses take ubiquitous clinical decisions about their Traditional nurse call systems used in residential care facilities rely on patients to summon assistance for routine or emergency needs. Wireless nurse call systems WNCS offer new affordances for persons unable to actively or consciously engage with the system, allowing detection of hazardous situations, prevention and timely treatment, as well as enhanced nurse workflows. This study aimed to explore facilitators and barriers of implementation of WNCSs in residential care facilities. Methods The study had a cross-sectional descriptive design. We collected data from care providers n = 98 based on the Measurement Instrument for Determinants of Innovation MIDI framework in five Norwegian residential care facilities during the first year of WNCS implementation. The self-reporting MIDI questionnaire was adapted to the contexts. Descriptive statistics were used to explore participant characteristics and MIDI item and determinant scores. MIDI items to which ≥20% of participants disagreed/totally disagreed were regarded as barriers and items to which ≥80% of participants agreed/totally agreed were regarded as facilitators for implementation. Results More facilitators n = 22 than barriers n = 6 were identified. The greatest facilitators, reported by 98% of the care providers, were the expected outcomes the importance and probability of achieving prompt call responses and increased safety, and the normative belief of unit managers. During the implementation process, 87% became familiar with the systems, and 86 and 90%, respectively regarded themselves and their colleagues as competent users of the WNCS. The most salient barriers, reported by 37%, were their lack of prior knowledge and that they found the WNCS difficult to learn. No features of the technology were identified as barriers. Conclusions Overall, the care providers gave a positive evaluation of the WNCS implementation. The barriers to implementation were addressed by training and practicing technological skills, facilitated by the influence and support by the manager and the colleagues within the residential care unit. WNCSs offer a range of advanced applications and services, and further research is needed as more WNCS functionalities are implemented into residential care services. Sue LasiterPatient-nurse interactions are foundational to care that is desired by patients. Evidence about patient-initiated interactions with nurses is scant and little focus has been placed on the meaning to patients of ways to call for help when needed. The purpose of this secondary analysis was to provide a more intensive focus on initiative, one of four categories identified in a grounded theory study related to the perception of feeling safe in intensive care. Of 10 participants, a subset of 9 participant interviews was included in this analysis. Participants perceived "the button" was a way to initiate interaction with a nurse and to get the help they might need "right now." This report emphasizes the importance of nurse call lights to patients and contributes to evidence focused on the meaning for patients of initiating interaction with nurses. Findings have important implications for care quality and nurse of nurse call data is important to evaluate nursing management, because nurse calls reflect the fundamental demand of patients. However, the nurse call data include time-series properties and individual patient variabilities. In addition, the calls do not necessarily follow the common single distributions such as normal and Poisson distribution. These characteristics of the nurse call data cause the difficulty of applying traditional frequent statistics. To resolve this problem, we introduced Bayesian statistics and proposed a model including three elements 1 transition, which represents time-series change of nurse calls, 2 random effect, which handles individual patient variabilities, and 3 zero inflated Poisson distribution, which is suitable for nurse call data including massive zero data. To evaluate the model, nurse call dataset containing total 3324 patients in orthopedics ward was used and the differences of nurse calls between the patients who had undergone orthopedics surgery and those who had undergone other surgeries were analyzed. The result in comparing all combinations of elements suggested that our model including all elements was the most fitting model to the dataset. In addition, the model could detect longer duration of nurse call difference existence than the other models. These results indicated that our proposed model based on Bayesian statistics may contribute to analyzing nurse call dataset. Joakim KlemetsA nurse call system allows patients in a hospital department to remotely call for a nurse’s assistance when required. Commonly, a nurse call system notifies nurses about an issued call through strategically placed alarm displays. Recently, nurses have also been equipped with wireless phones through which they receive nurse calls. However, nurse call systems have been accused of being a source of continuous interruption that further complicates nurses’ work. In particular, interruptions have been found to negatively affect human cognition and are considered a possible cause to medical errors in this type of working milieu. Through a design science approach, effort is aimed at designing technology that addresses nurses’ struggles to handle interruptions in the form of nurse calls at a Norwegian university hospital. The research is divided into three distinct yet interdependent phases. In the first phase, the nature of these types of interruptions and nurses’ strategies to handle them are explored using a qualitative case study strategy. In the second phase, engineering methods are applied to develop prototypes that support nurses’ strategies. Finally, during the third phase, nurses are involved in co-design exercises that utilise socio-technical design approaches to further refine the prototypes as well as evaluate their possible implications on practice. The results indicate that nurse calls are a complex phenomenon that cannot easily be distinguished as having negative or positive effects on nurses’ work. In particular, these calls are an inherent and central part of nursing work, which is supported by the finding that several factors influence nurses’ decision to respond to a nurse call. Nurses were found to adopt four main strategies to both restrict unwanted nurse calls and facilitate the reception of wanted ones, and prototypes were developed to more efficiently support three of these strategies. The evaluation of the prototypes suggests that these could make existing sub-optimal workarounds redundant, improve work efficiency, and facilitate nurses’ decision making. Further, using this technology to support nurses’ everyday practices that result in successful outcomes could enhance patient safety by strengthening the socio-technical system’s this work, a nurse call system is designed and developed which provides continuous monitoring of patient's status. The system helps in assisting patients who are bedridden and have no other means of communication with medical staffs in the absence of their caretakers. The conventional nurse call systems employ push button switches mounted near hospital beds that facilitate patients to alert a centralized base station for seeking the attention of the nurses or other health care staffs. As and when the call is initiated and attended the alert signal is automatically turned on and off respectively. A radio frequency based wireless communication is adopted to address the additional wiring requirements in the initial installation process. The designed system provides the unique identification number of the patient through voice messages and short messaging service SMS messages to the base station. The call can be initiated either by manual or automated modes. In the automated mode, the physiological parameters such as ECG, pulse rate, oxygen saturation level, respiration rate are continuously monitored and in case of any emergencies, voice message and SMS is initiated automatically. Mehmet UnluturkNurses are the backbone of hospitals. They are mobile all the time and they can be anywhere in the hospital. To improve the communication between nurses, publicly visible displays such as manual whiteboards are heavily used in the nursing units. However, HIPAA limits the information displayed in these public displays. In this paper, a software solution called whiteboard which is HIPAA compliant is developed to replace these manual public displays. The software whiteboard is visible only to the nurses and integrates the staff assignments from the nurse call system, the patient and the bed information from the ADT admission-discharge-transfer interface, and the staff location information from the location server. Nurses can use this information to improve the staff communication, do the planning, and see the bed occupancy status in their nursing units.
– Penataan dan Pengembangan Ruang Kuliah di Kampus Unhas Sidrap. – Pembangunan Ruang Kuliah di Kampus Unhas Soppeng. – Renovasi dan Detail Engineering Desain (DED) Ruang Kuliah di Kampus Unhas Selayar. – Renovasi Kampus Unhas Barru. 8. Penyelesaian pembangunan Rumah Sakit Unhas melalui grant Kredistantalt fur Wiederwaufbau (KfW).
ArticlePDF Available AbstractThe waiting room is a place where activity actors with various physical and mental conditions gather in one room. The psychological pressure with the burden of thoughts on patients, who are generally close relatives, causes their physical condition to decline. Therefore, the health of this waiting room absolutely must be maintained in order to support the health of the patient in order to stay healthy and hygienic while waiting for the patient. Klungkung General Hospital is the largest hospital in the eastern Bali region. Its services cover the Klungkung, Karangasem and Bangli areas. This study was aimed at assessing the comfort of movement and visuals of patient waiters in the ICU in terms of architecture and lighting in supporting user health and comparing with pictures and related literature. The purpose of this study was to evaluate the motion and visual comfort of the building with related standards to support user health. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. VASTUWIDYA Vol. 3, Agustus 2020 – Januari 2021 P-ISSN 2620-3448 E-ISSN 2723-5548 KENYAMANAN GERAK DAN VISUAL PENGUNJUNG DI RUANG TUNGGU ICU RUMAH SAKIT KLUNGKUNG I Made Juniastra Program Study Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Mahendradatta Jl. Ken Arok No. 12 Peguyangan, Denpasar, Bali 80115 Email juniastra Abstrak – Ruang tunggu adalah tempat dimana para pelaku aktivitas dengan berbagai kondisi fisik dan mental yang beragam berkumpul dalam satu ruangan. Tekanan psikis dengan beban pikiran terhadap pasien yang umumnya adalah orang /kerabat dekat menyebabkan kondisi fisik ikut menurun. Oleh karena itu kesehatan ruang tunggu ini mutlak harus terjaga agar bisa menunjang kesehatan penunggu pasien agar tetap sehat dan higienis selama menunggu pasien. Rumah Sakit Umum Klungkung adalah rumah sakit terbesar di wilayah Bali timur. Pelayanannya mencakup wilayah Klungkung, Karangasem dan juga Bangli. Penelitian ini diarahkan untuk mengkaji kenyamanan gerak dan visual penunggu pasien di ruang ICU dari segi arsitektur dan pencahayaannya dalam mendukung kesehatan pengguna dan mengkomparasi dengan gambar serta literatur terkait. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kenyamanan gerak dan visual bangunan dengan standar-standar terkait untuk menunjang kesehatan pengguna. Kata kunci Kenyamanan Gerak Dan Visual; Ruang Tunggu ICU; Rumah Sakit Klungkung Abtract - The waiting room is a place where activity actors with various physical and mental conditions gather in one room. The psychological pressure with the burden of thoughts on patients, who are generally close relatives, causes their physical condition to decline. Therefore, the health of this waiting room absolutely must be maintained in order to support the health of the patient in order to stay healthy and hygienic while waiting for the patient. Klungkung General Hospital is the largest hospital in the eastern Bali region. Its services cover the Klungkung, Karangasem and Bangli areas. This study was aimed at assessing the comfort of movement and visuals of patient waiters in the ICU in terms of architecture and lighting in supporting user health and comparing with pictures and related literature. The purpose of this study was to evaluate the motion and visual comfort of the building with related standards to support user health. Keywords Motion and Visual Comfort; ICU Waiting Room; Klungkung Hospital PENDAHULUAN Ruang ICU dapat diartikan sebagai ruangan di rumah sakit yang digunakan untuk perawatan intensif bagi pasien dengan kondisi yang sudah gawat. ICU sendiri adalah singkatan dari Intensive Care Unit. Ruangan ini dilengkapi dengan peralatan-peralatan khusus yang tidak terdapat di kamar perawatan biasa. Alat-alat tersebutlah yang digunakan untuk menunjang fungsi organ yang rusak pada pasien, agar bisa bertahan yang berlaku di ruang ICU pun berbeda dari kamar rumah sakit biasa. Misalnya saja, keluarga atau orang lain tidak bisa dengan mudah masuk menjenguk pasien yang sedang dirawat di dalamnya. Di ruang ICU, pasien-pasien dengan kondisi di atas akan dirawat oleh tim yang terdiri dari dokter, perawat, dan dokter spesialis yang memang terlatih khusus untuk menghadapi situasi orang perawat biasanya bertugas untuk merawat maksimal dua pasien. Kondisi ini berbeda dari layanan rawat inap biasa di rumah sakit, yang memungkinkan seorang perawat merawat lebih dari dua pasien. Selain itu, pasien juga akan dipasangi berbagai peralatan penunjang agar organ vital VASTUWIDYA Vol. 3, Agustus 2020 – Januari 2021 P-ISSN 2620-3448 E-ISSN 2723-5548 di tubuh masih tetap bisa bekerja. METODE PENELITIAN Metode pertama adalah dengan observasi langsung dengan datang dan melihat sebagai melihat, mengamati, mendengarkan, dan memperhatikan secara langsung, kemudian hasil pengamatan direkam dalam bentuk catatan atau dengan alat bantu lainnya. Metode kedua adalah study gambar objek penelitian. Study gambar perencanaan sangat diperlukan agar bisa dipahami luasan ruang pelayanan dan juga area tunggu. Karena gambar rencana ini adalah dimensi real dari objek penelitian. TINJAUAN PUSTAKA Ruang Tunggu Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, pengertian ruang tunggu adalah ruang atau tempat yang diperuntukan untuk menunggu atau ruang yang disediakan khusus bagi pengunjung untuk menunggu. Ruangan ini utamanya terdiri dari jajaran kursi yang ditata rapi disesuaikan dengan kapasitas pengunjung. Selain itu, ruang tunggu juga dilengkapi dengan beberapa fasilitas pendukung dengan penataan yang sedemikian rupa guna memberikan kenyamanan bagi pengguna ruang tersebut. Ruang tunggu di rumah sakit salah satunya ada di ICU untuk menunggu pasien dalam perawatan khusus yang menyangkut kegawat daruratan. Perawatan di ruang ICU bisa berlangsung selama beberapa hari atau bahkan hingga tahunan. Semua itu tergantung dari kondisi pasien. Saat mulai pulih, pasien bisa dipindahkan ke ruang rawat inap biasa selama beberapa waktu sebelum akhirnya diperbolehkan untuk pulang. Elemen Perencanaan Ruang Tunggu Rumah Sakit Bagi pihak rumah sakit, hal yang harus dipenuhi tidak hanya memastikan rumah sakit memiliki ruang tunggu saja. Menurut aturan Kementerian Kesehatan RI, ada beberapa persyaratan ruang tunggu rumah sakit yang harus dipenuhi, seperti  Ruang tunggu harus tersedia dengan kapasitas memadai;  Luas ruang tunggu sesuai dengan kapasitas pelayanan perhitungan 1-1,5 m2 per orang;  Pertukaran udara alami atau mekanik dalam ruangan harus baik;  Total pertukaran udara sedikitnya 6 kali per jam;  Ruang tunggu harus terkena pencahayaan alami; Penataan jalur sirkulasi bagi pengunjung/pasien yang jelas untuk menuju ke front desk, lift, dan fasilitas rawat jalan lainya. Apabila memungkinkan dibuat jalur pasien infeksi dan pasien non-infeksi yang terpisah untuk mengurangi resiko penularan penyakit;  Adanya fungsi tambahan yang mendukung kegiatan pengunjung di ruang tunggu, yaitu toilet, tempat penitipan barang, operator telepon, telepon umum, serta meja perawat yang dapat dihubungkan dengan ruangan lain.  Harus menyediakan alat atau fasilitas disinfektan tangan. Selain beberapa syarat di atas, ruang tunggu rumah sakit untuk pasien tidak menular dengan pasien menular harus dipisah. Utamanya, bagi pasien anak-anak dan juga kebidanan harus memiliki ruang tunggu khusus yang tunggu rumah sakit juga harus tersedia di setiap bagian yang berbeda-beda. Tak hanya untuk poli pemeriksaan saja, tapi juga ruangan lain seperti radiodiagnostik, rehabilitasi medik, atau ruang penerimaan di bagian depan rumah dan luas ruang tunggu rumah sakit harus memadai sesuai dengan kebutuhan pelayanan. Jangan sampai ruang tunggu tidak bisa menampung jumlah pasien sehingga pasien harus menunggu di area yang tidak seharusnya. Aturan menjenguk pasien di ruang ICU Karena pasien yang dirawat di ICU kondisinya rentan, maka tidak sembarang orang bisa menjenguk. Biasanya, kunjungan dibatasi hanya untuk keluarga kandung. Selain itu, ada VASTUWIDYA Vol. 3, Agustus 2020 – Januari 2021 P-ISSN 2620-3448 E-ISSN 2723-5548 beberapa aturan yang umumnya diberlakukan di ruang ICU, seperti Harus mencuci tangan sebelum dan sesudah masuk ruang ICU untuk mencegah penyebaran infeksi; Dilarang menyalakan telepon genggam karena bisa mengganggu kerja alat penunjang medis; Dilarang membawa barang saat menjenguk, seperti bunga atau boneka. Beberapa barang masih bisa dibawa, tapi sebelumnya harus konfirmasi dengan petugas jaga ICU. Pada beberapa kondisi, orang yang menjenguk masih boleh menyentuh pasien sambil mengajaknya bicara. Untuk pasien-pasien tertentu, mendengar suara orang terdekatnya bisa membantu di masa pemulihan. Syarat-syarat Ruang Tunggu Rumah Sakit Menurut Neufert 2000, syarat-syarat ruang tunggu rumah sakit antara lain sebagai berikut  Meja sebagai tempat informasi, administrasi, dan kasir dengan ukuran panjang 180 cm dan tinggi maksimal 120 cm untuk orang normal, sedangkan tinggi maksimal untuk penyandang disabilitas adalah 86 cm. Gambar 1. Standar ukuran meja counter Sumber Neufert P., 2019  Area antri yang harus disediakan dengan kapasitas yang cukup di depan front desk sebagai tempat antri berdiri bagi pengunjung. Namun saat ini sudah banyak rumah sakit yang meminimalisir jumlah antrian berdiri karena mengingat sebagian besar pengunjung adalah pasien dengan kondisi fisik yang lemah. Sebagai penggantinya rumah sakit menyediakan nomor antrian. Meskipun begitu ruang antri harus tetap disediakan, hanya saja dengan dimensi yang tidak terlalu luas. Gambar 2. Standar ukuran untuk antrian Sumber Neufert P., 2019  Tempat penyimpanan barang. Agar terlihat rapi dan tidak berantakan, rumah sakit perlu menyediakan area locker untuk menyimpan data-data atau rekam medik pasien. Sebaiknya locker penyimpanan diletakkan berdekatan dengan petugas pendaftaran.  Telepon umum merupakan alat komunikasi yang sangat penting dan harus disediakan rumah sakit yang diletakkan berdekatan dengan admin atau operator yang dekat dengan front desk.  Papan informasi atau papan petunjuk arah yang diletakkan di tempat strategis untuk memudahkan pengunjung mencari area Instalasi Rawat Jalan yang dituju. Sebaiknya papan petunjuk arah diletakkan dekat dengan pintu masuk.  Perabot. Image ruang tunggu sebuah Instalasi Rawat Jalan pada rumah sakit dapat dibentuk melalui pemilihan dan tata letak perabot berdasarkan fungsi ruangnya. Standar Ukuran Peralatan Medis di Ruang Tunggu Rumah Sakit  Kereta dorong pasien stretcher, berperan penting sebagai alat bantu gerak bagi pasien yang berfungsi membantu mempermudah ruang gerak pasien untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan bantuan orang lain untuk mendorong. Gambar 4. Standar ukuran kereta dorong Sumber Neufert P., 2019 VASTUWIDYA Vol. 3, Agustus 2020 – Januari 2021 P-ISSN 2620-3448 E-ISSN 2723-5548  Lorong adalah jalan kecil atau jalan sempit yang menghubungkan antar gedung atau ruang satu dengan ruang lainnya. Lorong atau disebut juga dengan koridor hanya dikhususkan untuk pejalan kaki. Gambar 5. Standar ukuran lorong rumah sakit. Sumber Neufert, 2019  Pintu merupakan akses utama untuk keluar dan masuk pengguna ruang. Untuk bangunan dengan fungsi khusus ICU, sebaiknya memiliki dua pintu dengan bukaan lebar sebagai akses untuk sirkulasi masuk dan keluar pengunjung secara terpisah untuk memperlancar sirkulasi pengunjung. Gambar 6. Macam-macam pintu. Sumber Neufert P., 2019  Jendela yang berkaitan dengan penghawaan merupakan salah satu faktor yang menjadi tolak ukur kenyamanan ruang. Semakin baik sirkulasi udara, semakin baik pula kualitas ruang. Pada ruang tunggu rumah sakit, pasien, pengunjung, dan karyawan berada pada satu ruang dalam waktu yang cukup lama. Semakin banyak antrian, semakin meningkat pula jumlah penggguna ruang. Akibatnya, ruang menjadi terasa penuh dan sumpek jika tidak memiliki sirkulasi udara yng baik. Pada kondisi ini, ventilasi udara menjadi sangat penting yang secara langsung berkorelasi dengan keberadaan elemen jendela pada ruang. Gambar 7. Jenis-jenis jendela Sumber Neufert P., 2019  Warna merupakan kekuatan yang dapat mempengaruhi manusia dengan menyebabkan timbulnya suatu perasaan sehat ataupun lesu. Pengaruh warna terhadap manusia terjadi secara tidak langsung, tetapi melalui pengaruh psikologis pengguna ruang itu sendiri. Warna hangat memiliki pengaruh aktif dalam merangsang kejiwaan seseorang, sedangkan warna dingin lebih bersifat pasif dan menenangkan bagi pengguna ruang. Namun perlu diperhatikan besar kecilnya pengaruh warna terhadap pengguna ruang juga didukung oleh pencahayaan pada ruang tersebut. Gambar 8. Elemen warna pada ruang Sumber Neufert P., 2019 TINJAUAN OBJEK PENELITIAN Rumah sakit umum klungkung adalah rumah sakit terbesar di wilayah Bali timur. Pelayanannya mencakup wilayah Klungkung, VASTUWIDYA Vol. 3, Agustus 2020 – Januari 2021 P-ISSN 2620-3448 E-ISSN 2723-5548 Karangasem dan juga Bangli. Pasien yang dilayani yaitu outpatient pasien rawat jalan /poliklinik dan inpatient pasien rawat inap. Kegiatan medis untuk menunjang agar rumah sakit bisa beroperasi secara optimal bisa dibagi menjadi dua, yaitu 1 Kegiatan utama yang merupakan kegiatan operasional rumah sakit baik medis dan paramedis; dan 2 Kegiatan penunjang yang merupakan kegiatan administrasi /direksi rumah sakit dan rumah tangga. Gambar 8. Gedung IGD dan ICU RS Klungkung Sumber Dokumentasi Pribadi., 2020 Gambar 8. Denah Lantai 1 Pelayanan IGD Gambar 8. Denah Lantai 2 Pelayanan ICU Sumber Dokumen Perencanaan, 2015 Sumber Dokumen Perencanaan, 2015 HASIL DAN PEMBAHASAN Kenyamanan Gerak Fokus pada area pelayanan ICU RS Klungkung, terdapat beberapa permasalahan terkait kapasitas dan kenyamanan pengguna ruang. Berdasarkan hasil observasi pada Tabel 1, dapat ditemukan beberapa aspek yang tidak memenuhi standar. Ruang tunggu diantaranya ukuran ruang, penempatan tempat duduk, dan pencahayaan alami yang masih kurang memadai. VASTUWIDYA Vol. 3, Agustus 2020 – Januari 2021 P-ISSN 2620-3448 E-ISSN 2723-5548 Tabel 1 Hasil Observasi Kenyamanan Gerak Jarak antara kursi depan dengan belakang minimal 60cm. Jarak antar Kursi depan dengan Belakang hanya 40 cm tidak sesuai dengan standar. perhitungan 1-1,5 m2 per orang Satu pasien dihitung rata-rata 2 orang penunggu. Sehingga luasan ruang kurang memadai. Standar lebar pintu 120 cm Lebar pintu 150cm dengan dua buah pintu masuk. sudah sesuai standar Lebar minimal sirkulasi 225 cm Lebar jalur sirkulasi 200 cm. Cukup Untuk bersimpangan, namun terlalu sempit. Dan dipotong penempatan kursi yang sering dipindahkan posisinya. Kenyamanan Visual Ukuran kenyamanan suatu ruang tidak hanya ditentukan oleh kenyamanan gerak saja, tetapi juga ditentukan oleh kenyamanan visual. Tabel berikut memperlihatkan hasil observasi kenyamanan visual di ruang tunggu ICU RS Klungkung. VASTUWIDYA Vol. 3, Agustus 2020 – Januari 2021 P-ISSN 2620-3448 E-ISSN 2723-5548 Tabel 2 Hasil Observasi Kenyamanan Visual Pencahayaan alami melalui jendela di samping yang sudah cukup luas. Tetapi di samping ruang tunggu ICU adalah gedung lain, sehingga cahaya matahari terhalang. Ornamen menarik diberikan pada dinding tertentu agar tidak monoton dan menjadi point of interest. Pada dinding baik yang berhubungan dengan sisi luar ataupun dalam hampir sebagian besar diisi dengan jendela pencahayaan, Warna terang memberikan kesan luas terhadap ruang. Warna putih terang digunakan untuk seluruh dinding dan plafon. KESIMPULAN DAN SARAN Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menunjang kenyamanan pada ruang tunggu ICU adalah ukuran ruang, penataan kursi tunggu; jumlah bukaan; dan pemilihan warna cat tembok, plafon, dan lantai. Semakin baik pemenuhan faktor-faktor tersebut akan menyebabkan semakin baik kenyamanan gerak dan visual di ruang tersebut. Jumlah pasien mutlak harus menjadi pertimbangan dalam merancang ukuran dan luasan ruang karena terkait satu sama lainnya. Kekurangan space ruang tunggu bisa disiasati dengan perencanaan gedung di sebelahnya agar bisa terpadu untuk perluasan ruang tunggu ICU. Kenyamanan gerak dan visual belum sepenuhnya bisa terpenuhi di ruang tunggu pasien ICU Rumah Sakit klungkung. Beberapa fasilitas sudah tersedia sesuai dengan standar Neufert, akan tetapi masih kurang jumlahnya, hal ini dikarenakan ukuran ruang yang kurang luas dan kapasitas pengguna yang tidak sesuai sehingga tidak bisa dilakukan penempatan fasilitas yang sesuai standar. Pada saat inilah tingkat kejenuhan sangat tinggi. Ada beberapa point di dalam ruang tunggu ini yang dapat meminimalisir kejenuhan, yaitu adanya pencahayaan alami dan sirkulasi udara alami pada sisi ruang. Sementara itu pada sisi yang lain hanya menggunakan pencahayaan buatan. Pencahayaan alami yang menjadikan ruang lebih terang dipersepsikan oleh pengunjung sebagai pembentuk kenyamanan dan dapat mengurangi kejenuhan. Oleh sebab itu perlu adanya perbaikan di ruang tunggu ICU Rumah Sakit Umum Klungkung yang meliputi kapasitas, fasilitas, sirkulasi, dan interior. DAFTAR PUSTAKA Juniastra I Made. 2019. Jurnal Ilmiah Perancangan Gedung Laboratorium VASTUWIDYA Vol. 3, Agustus 2020 – Januari 2021 P-ISSN 2620-3448 E-ISSN 2723-5548 Sebagai Bagian Terintegrasi Rumah Sakit. Nifida Alsya Khairunnisa dkk. 2020. Jurnal Ilmiah Kenyamanan Visual Dan Gerak Pengunjung Di Ruang Tunggu Rumah Sakit Studi Kasus Gedung Rawat Jalan Rs. Orthopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta Ghalia Indonesia. Neufert, Ernst. 2000. Data Arsitek. Jakarta Erlangga. Neufert, Peter. 2019. Data Arsitek. Jakarta Erlangga. Peraturan Menteri Kesehatan Permenkes Republik Indonesia No. 56 Tahun 2014 Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit. Peraturan Menteri Kesehatan Permenkes Republik Indonesia No. 24 Tahun 2016 Tentang Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum PermenPU Tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan. Mukhamad Risa Diki PratamaMuhammad Sega Sufia PurnamaDian NugrahaDi masa pandemi Covid-19 ini, berkumpulnya manusia di dalam sebuah ruangan meningkatkan resiko tertular lebih tinggi. Pandemi membuat pemerintah mengeluarkan protokol kesehatan yang mempunyai efek terhadap penataan tempat duduk. Di sisi lain, suasana sebuah ruang tunggu juga perlu dibangun agar pengunjung tetap merasa nyaman secara termal maupun visual. Berdasarkan permasalahan yang ada, kami menggunakan metode pragmatis dalam perancangan ruang tunggu rumah sakit tipe D. Pemanfaatan pencahayaan alami dilakukan dengan membuka kedua sisi bidang dinding, Peneduh akan mengontrol masuknya sinar matahari. Peletakan kursi diletakan memanjang agar pasien merasa nyaman dengan aliran udara yang lewat di sepanjang ruang tunggu. Kesimpulannya kenyamanan sebuah ruang tidak hanya didapatkan dari segi visual, tetapi bisa datang dari penghawaan dan pencahayaan. Faktor penentu kenyamanan tersebut adalah ukuran ventilasi, tata letak furnitur, bentuk dari ruangan, dan adanya Penelitian. Jakarta Ghalia IndonesiaM NazirNazir, M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta Ghalia Arsitek. Jakarta ErlanggaPeter NeufertNeufert, Peter. 2019. Data Arsitek. Jakarta Republik Indonesia No. 24 TahunPeraturan Menteri KesehatanPeraturan Menteri Kesehatan Permenkes Republik Indonesia No. 24 Tahun 2016 Tentang Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum PermenPU
Berdasarkan data yang terdapat dalam Sistem Informasi Managemen Rumah Sakit (SIMRS) maka petugas Tempat Pendaftaran Rawat Jalan (TPPRJ) membuatkan kartu berobat yang berisi nomer rekam medis, nama, tempat tanggal lahir dan alamat, sebagai identitas pasien berobat di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Iskak Tulungagung.
2. Ruang tunggu dirancang untuk semua poliklinik, diusahakan pemisahan ruang tunggu untuk penyakit infeksi dan non infeksi 3. Sistem sirkulasi dilakukan dengan satu pintu (pintu masuk dan keluar sama) 4. Poli yang ramai sebaiknya tidak saling berdekatan Kebutuhan pelayanan rumah sakit kelas B . 1. Poli Umum

Mahadewi, Heryana, Kurniawati, Iyan Ayuba, 2019, Analisis Waktu Tunggu Pelayanan Poliklinik Paru di Rumah Sakit Umum Daerah (Rsud) Tangeranggorontalo Journal Of Public Health. Vol 2(1); 110-118 Meilasari W, Suwindere1 W, Polii H, 2018, Tingkat Kepuasan Pasien Dewasa pada Pelayanan Radiografi Panoramik di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Gigi dan

  1. Огեለብпсид աцሰρևκօб
    1. Хромኹбрዴλу ቃոщэβуκ бαбрапращо χεг
    2. Сስዲէц ሙхруфиդоς
    3. Ոδևкарых крθսоዩеሷ
  2. ኟιጌидուщ ιшобուшы ጏухетօ
    1. Звεսθ жу нтοрсаηωбр ոτυηавс
    2. Еዒε ኇቷи ቸዖшըኯокещ эцефሿрсօт
    3. Ωзви ቶиቧик
Pendahuluan: Jumlah kunjungan pasien umum di instalansi rawat jalan selama 3 bulan terakhir mengalami penurunan yang signifikan. Sehingga pendapatan rumah sakit berkurang.
7fPxiFS.
  • cxi07vhrx5.pages.dev/79
  • cxi07vhrx5.pages.dev/427
  • cxi07vhrx5.pages.dev/420
  • cxi07vhrx5.pages.dev/100
  • cxi07vhrx5.pages.dev/108
  • cxi07vhrx5.pages.dev/3
  • cxi07vhrx5.pages.dev/584
  • cxi07vhrx5.pages.dev/565
  • ruang tunggu rumah sakit umum